Laman

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kisah Orangtua Waktu Kanak-Kanak.



Adik-adik, nama saya Iskan. Sekarang usia saya sudah 38 tahun. Saya ingin berbagi kisah hidup sewaktu saya kanak-kanak. Adik-adik, penampilan fisik saya: kulit sawo matang dan tubuh saya ditumbuhi banyak rambut. Sebenarnya penampilan saya baik. Namun penampilan saya amat berbeda  dari kebanyakan teman saya yang berkulit kuning terang dan tubuhnya tidak banyak ditumbuhi rambut. Di sini masalah saya mulai muncul. Teman-teman saya suka bercanda, namun amat menyakitkan hati saya. Karena saya tampak hitam dan berbulu maka mereka menyapa saya dengan sebutan "monyet". Saya marah sekali. Namun teman-teman tidak mengerti dan malahan menganggap lucu.

Seorang teman sekolah saya bahkan dengan wajah tanpa dosa bertanya, "Iskan, apa sih bedanya kamu sama monyet? Kan sama-sama item dan berbulu?" Saya ingat waktu itu langsung saya jawab dengan nada tinggi: "Bedanya gue manusia, ada otaknya!. Nah elu bedanya sama monyet apa? hanya elu putih dan gak  berbulu!" Bertahun-tahun terus menyapa saya dengan sebutan "monyet". Saya merasa amat rendah diri dan sakit hati. Sampai suatu saat saya bisa mendapat beasiswa ke Amerika. Di sana justru saya bertemu dengan banyak orang yang memuji penampilan saya yang menurut mereka amat ganteng. Perlahan harga diri saya pulih. Apalagi setelah saya dibimbing oleh seorang pemimpin agama yang mengajar saya untuk mengampuni. Saya memaafkan semua teman saya yang memanggil saya "monyet". Saya pun menyesal pernah melukai teman sekolah saya dengan mengatakan bahwa dia adalah monyet putih, tak berbulu dan tak ada otaknya.

Adik-adik saya berharap pengalaman saya ini bisa jadi pelajaran buat kita semua. Jangan bermain dengan cara menghina sesama, apalagi ciri-ciri fisiknya. Bermain seperti itu jahat sekali dan dampaknya amat buruk. Lebih baik kita menghargai  perbedaan setiap orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar