Laman

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kunci Mengajar Biola adalah Merebut Hati Anak


Bermain biola bukan hanya masalah kemampuan menggesek biola.
Nada terindah bisa tercipta hanya bila menggesek biola dengan hati

Siang ini BETA berbincang  dengan Pak Aas, guru biola. Pak Aas tinggal di Jalan Jatisari Pasar Minggu. Pak Aas guru biola yang amat ramah pada anak-anak. Penampilannya amat bersahaja. Kalau diam terlihat galak ;)  Tapi begitu bertemu anak-anak Pak Aas pasti tersenyum ramah. Pak Aas memang guru biola yang amat perhatian pada anak-anak.

Ada seorang yang dipaksa oleh orangtuanya belajar biola. Anak itu pasti sebel belajar biola! Semua anak pasti tidak suka jika dipaksa belajar hal yang tidak menyenangkan. Hmmmm... mestinya si orangtua saja yang belajar biola J  Nah... Pak Aas dapat murid yang lagi sebel. Pasti tidak gampang  untuk mengajar anak yang lagi sebel. Karena itu Pak Aas harus mampu membuat anak bergembira dulu. Lalu membuat anak tertarik dan kagum pada biola. Setelah itu baru proses belajar biola  bisa berjalan dengan amat seru. Menurut Pak Aas kunci mengajar biola: Merebut hati anak! Merebut hati anak bukan hal yang mudah. Pak Aas banyak belajar dari pengalaman.  Dulu waktu masih bocah Pak Aas amat kagum pada kakaknya yang pandai menggesek biola. Bila kakaknya menggesek biola nadanya amat bening dan menyentuh hati. Sentuhan nada itulah yang membut Pak Aas dari kecil sudah bercita-cita jadi pemain biola.

Belajar biola bukan hal yang gampang. Amat sulit! Butuh rajin, pantang menyerah dan tidak bosan.  Anak yang sombong, malas dan mudah menyerah pasti tidak berhasil. Semua anak  yang belajar awalnya pasti menghasilkan nada yang menyakitkan telinga. Setelah rajin berlatih perlahan  nadanya menjadi indah. Namun untuk menghasilkan nada yang amat merdu dan menyentuh hati  tiap anak harus berlatih sungguh-sungguh  dan mencintai biola.  Bermain biola  bukan hanya masalah  kemampuan menggesek biola.  Nada terindah hanya bisa tercipta bila menggesek biola dengan hati.  Konon  alunan suara biola bahkan mampu membuat hati kodok, kucing, badak dan kuda nil ikut berdendang. Yang pasti suara biola mampu membuat hati terasa damai, pikiran lebih tenang, belajar lebih bersemangat dan membuat kita lebih cerdas.

Pak Aas bersyukur bertemu dengan Pak Sapto, guru biolanya yang pertama.Belajar dengan Pak Sapto membuat Pak Aas yakin bahw biola adalah anugerah Tuhan yang  amat berharga baginya. Proses belajar  yang sulit bisa dilalui. Jangan bosan belajar, itu motto hidup Pak Aas. Berkat kemampuan biolanya, Pak Aas yang saat ini tergabung  dalam kelompok The Jakarta Simphony  telah menghibur banyak orang, mengajar banyak murid dan juga menjadi teladan bagi banyak anak-anak. Jangan bosan belajar, demikian pesannya buat anak-anak. 

" Orangtua tak boleh egois dengan dirinya masing-masing ...."


Kita cari tahu jawaban semua pertanyaan tersebut dari seorang Ibu yang ramah dan murah senyum. Beliau adalah Komisioner di KPAI ((Komisi Perlindungan Anak Indonesia) yang berkantor di  Jl. Teuku Umar no. 10 Menteng Jakarta Pusat. Ibu Magdalena Sitorus lahir di Sumatera Utara tanggal 21 Oktober 1952 dan akrab disapa dengan “Ibu Magda” adalah salah satu tokoh yang  setia bergelut  di bidang kemanusiaan terutama yang menyangkut anak-anak  dan perempuan Indonesia. Lulusan Sosiologi dan sedang melanjutkan studi S2 di Universitas Diponegoro ini dari dulu  memang cukup aktif di beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti SIKAP, JaringanPeduli dll. Motivasi beliau aktif pada banyak lembaga kemasyarakatan anak dan perempuan Indonesia karena beliau melihat, mengamati dan prihatin sekali bahwa masih banyak anak dan perempuan Indonesia yang tidak mendapat hak-hak hidupnya.

Anak-anak Indonesia masih banyak yang  tidak mendapat Hak Pendidikan, Hak Kesehatan, Hak Bermain dll. Padahal dunia internasional sudah membuat Konvensi Hak Anak Internasional, di mana pemerintah Indonesia menyepakati  tentang  konvensi  tersebut yang kemudian oleh pemerintah Indonesia  dituangkan dalam Undang Undang Perlindungan Anak  Nomor 23 tahun 2002. Menurut Ibu yang murah senyum ini  hak bermain untuk anak adalah suatu kesempatan  bermain yang harus dimiliki, dinikmati dan dirasakan oleh setiap anak bangsa tanpa terkecuali, tanpa tekanan, tanpa pembedaan, tanpa larangan sehingga membuat hati anak dalam bermain itu menjadi senang dan menyenangkan.  Karena dalam bermain, anak-anak akan memperoleh banyak manfaat seperti  anak dapat mempelajari banyak hal baru, teman baru, suasana baru dll. Dengan bermain anak-anak apat mengembangkan kreatifitas, dapat tumbuh dan berkembang secara sehat baik jasmani maupun rohani.

Lalu siapa sajakah yang menjamin, mengawasi dan mengatur pelaksanaan  agar anak bisa mendapatkan hak bermain?

Semua berawal dari rumah,yaitu orangtua. Kalau anak ada di sekolah maka yang menjamin dan mengawasi  anak adalah guru. Sementara di lingkup yang lebih luas sebagai warga negara maka yang menjamin, mengawasi dan mengatur pelaksanaan  hak bermain tersebut  adalah negara/pemerintah. Begitu pula dengan siapa yang berkewajiban menyediakan mainan serta  teman bermain. Semuanya tetap beraal dari rumah dimana orangtua  memegang peran utama. Untuk sekolah-sekolah sebenarnya ada peraturan yang mengatur baha pihak  sekolah  berkewajiban menyediakan lahan bermain untuk anak. Hanya sekarang kendalanya adalah banyak sekolah yang  tidak mempunyai lahan bermain untuk anak karena tidak luasnya sekolah tersebut.

Apakah di Komisi Nasional  Perlindungan Anak Indonesia  ada sarana permainan anak?

Di kantor KPAI tidak ada sarana permainan anak. Akan tetapi kalau ada anak-anak  datang ke KPAI maka mereka diperbolehkan bermain di sana.

Sekarang ini banyak sekali dijual produk mainan yang jelek, cepat rusak bahkan beracun. Menurut Ibu bagaimana mekanisme perlindungan anak dalam hal ini?

Sebenarnya dalam Undang Undang  Perlindungan Anak Nomor 23 tahun  2002  sudah dicantumkan secara jelas  baha anak-anak dilindungi  oleh negara  dari segala hal negatif termasuk produk mainannya. Dalam kenyataannya masih banyak penyimpangan terjadi . Sehingga menurut Ibu Magda, pemerintah harus lebih tegas dan keras dalam bersikap  terhadap tindakan penyelewengan ini  misal dengan menghukum  oknum yang membuat , mengedarkan dan menjual mainan tersebut.

Banyak mainan yang dijual di pasaran sekarang berupa tokoh-tokoh kartun seperti Princess, Ben Ten, Mickey Mouse, Batman dll. Apa pendapat  Ibu?

Mainan yang berupa tokoh-tokoh kartun sebenarnya kurang melatih kreatifitas anak. Masih menurut Ibu Magda, justru permainan jaman dahululah  yang lebih memacu kreatifitas, perkembangan dan pertumbuhan anak. Permainan seperti  Lompat Jongkok, Petak Umpet, Kelereng dapat membuat anak berlari, tertawa dan berkomunikasi secara intensif dengan teman bermainnya.

Berapa jamkah hak bermain anak dalam sehari? Dan bagaimana jika orangtua melarang anak bermain dan menyuruh terus menerus belajar?

Tidak ada ketentuan waktu yang baku yang mengatur hak bermain anak. Yang penting harus seimbang antara waktu  bermain dan belajar sehingga anak tidak menjadi stress karena disuruh belajar terus menerus.

Bolehkah anak menggunakan facebook, email, chatting atau menari data di internet atau malah bermain di warnet? Kalau bermain PSP boleh tidak?

Anak-anak boleh saja menggunakan internet lalu membuka facebook, game online, chatting dll., hanya tetap harus dalam pengawasan orangtua. Anak-anak harus didampingi  saat menggunakan internet, apalagi kalau bermain di warnet . Hal ini menghindari  hal-hal negatif dan membahayakan. Karena sudah banyak kasus terjadi ada anak yang hilang/diculik  karena bertemu teman baru di facebook.
Bermain PSP boleh-boleh saja, hanya harus tetap memperhatikan porsi waktunya. Kapan waktu bermain, kapan waktu istirahat, kapan waktu belajar. Kalau anak terlalu lama di depan komputer akan mengganggu kesehatan mata, pikiran dan kesehatan tubuh lainnya.

Apakah ada aturan yang mengatur agar orangtua harus mau bermain bersama dengan anak?   Karena banyak orang tua yang sibuk bermain game atau facebook  tanpa peduli anak.

Orangtua tetap harus terlibat dalam dunia bermain anak. Orangtua tetap harus menjadi pendamping dan teman bermain setia saat anak bermain, terutama saat anak bermain di rumah. Karena dengan bermain bersama anak, maka hubungan antara anak dan orangtua  akan terjalin sangat  baik. Masing-masing bisa saling berkomunikasi  dengan pengalaman yang dialami sehari-hari. Sehingga kualitas hubungan anak dan orangtua secara psikis menjadi bagus walaupun kuantitas (waktu bertemu dan berkumpulnya sedikit) karena sehari-hari  orangtuanya bekerja. Orangtua tidak boleh egois dengan dirinya masing-masing, misalnya dengan bermain facebook berjam-jam sementara anak tidak dilibatkan

Kisah Orangtua Waktu Kanak-Kanak.



Adik-adik, nama saya Iskan. Sekarang usia saya sudah 38 tahun. Saya ingin berbagi kisah hidup sewaktu saya kanak-kanak. Adik-adik, penampilan fisik saya: kulit sawo matang dan tubuh saya ditumbuhi banyak rambut. Sebenarnya penampilan saya baik. Namun penampilan saya amat berbeda  dari kebanyakan teman saya yang berkulit kuning terang dan tubuhnya tidak banyak ditumbuhi rambut. Di sini masalah saya mulai muncul. Teman-teman saya suka bercanda, namun amat menyakitkan hati saya. Karena saya tampak hitam dan berbulu maka mereka menyapa saya dengan sebutan "monyet". Saya marah sekali. Namun teman-teman tidak mengerti dan malahan menganggap lucu.

Seorang teman sekolah saya bahkan dengan wajah tanpa dosa bertanya, "Iskan, apa sih bedanya kamu sama monyet? Kan sama-sama item dan berbulu?" Saya ingat waktu itu langsung saya jawab dengan nada tinggi: "Bedanya gue manusia, ada otaknya!. Nah elu bedanya sama monyet apa? hanya elu putih dan gak  berbulu!" Bertahun-tahun terus menyapa saya dengan sebutan "monyet". Saya merasa amat rendah diri dan sakit hati. Sampai suatu saat saya bisa mendapat beasiswa ke Amerika. Di sana justru saya bertemu dengan banyak orang yang memuji penampilan saya yang menurut mereka amat ganteng. Perlahan harga diri saya pulih. Apalagi setelah saya dibimbing oleh seorang pemimpin agama yang mengajar saya untuk mengampuni. Saya memaafkan semua teman saya yang memanggil saya "monyet". Saya pun menyesal pernah melukai teman sekolah saya dengan mengatakan bahwa dia adalah monyet putih, tak berbulu dan tak ada otaknya.

Adik-adik saya berharap pengalaman saya ini bisa jadi pelajaran buat kita semua. Jangan bermain dengan cara menghina sesama, apalagi ciri-ciri fisiknya. Bermain seperti itu jahat sekali dan dampaknya amat buruk. Lebih baik kita menghargai  perbedaan setiap orang.

Brandon De Angelo Si Anak Berbakat

Boneka Mei di tangan bocah :) Masa depan bukan hanya di tangan kita, 
tapi juga di tangan banyak bocah. Kalau kita memilih bekerja keras 
dengan cinta mendidik bocah-bocah kita pasti akan ada masa depan lebih baik. 
Jangan beri ada tempat untuk keputusasaan di hati kita.
Gerakannya lincah. Hentakan kaki dan gerakan tangannya patah-patah. Tubuhnya meliuk-liuk seiring irama musik. Ditambah kepolosan  yang membuat orang banyak jatuh hati. Yah, siapa yang tidak kenal dengan Brandon, penari cilik nan menggemaskan itu!
Berawal dari Indonesia Mencari Bakat
Nama Brandon mulai dikenal ketika tampil dalam acara Indonesia Mencari Bakat - IMB - di Trans TV. Sosok dan tariannya selalu ditunggu pemirsa di seluruh tanah air. Ini terbukti dengan keberhasilan Brandon menembus 3 besar IMB.

Brandon si penari cilik itu mulai belajar menari hip-hop di Sanggar Last Minute sejak umur 6 tahun. Brandon digembleng oleh 3 pelatih, yaitu Kak Nia, Kak Samy, dan Kak Edo. Mereka berlatih dua kali dalam seminggu. Keindahan tarian hip-hop menjadi alasan kenapa Brandon menyukainya. Selain itu Brandon juga ingin mempelajari berbagai jenis tarian lain agar ilmunya bertambah.

Selama mengikuti IMB banyak pengalaman baru di dapat oleh Brandon. Salah satunya mendapat kritik dari juri. Pertama kali dikritik oleh juri adalah pengalaman yang membuat sedih Brandon. Maklum kritik juri kadang cukup menakutkan. Namun ada pola pengalaman menyenangkan, yaitu tampil di panggung dan ditonton banyak penonton. Apabila jika  mereka bertepuk tangan untuk Brandon.

Pendapat Brandon Tentang Hak Anak dan Masalah SARA
Menurut Brandon, Hak Anak adalah sesuatu yang semestinya didapatkan oleh anak seperti kesempatan mendapat pendidikan dan juga kasih sayang orangtua. Brandon sendiri merasa sangat senang karena mendapatkan haknya sebagai anak. Sebagai contoh, papa dan mamanya telah menyalurkan bakat - talenta yang dimiliki Brandon.

Brandon ternyata belum terlalu mengetahui masalah SARA termasuk kepanjangannya. Oke deh, khusus untuk teman-teman pembaca BETA dan Brandon, BETA akan kasih jawabanya yah! SARA itu singkatan dari SUKU AGAMA dan RAS (Etnis).

Masih tentang SARA ternyata Brandon sudah mengerti dengan istilah DISKRIMINASI. Dengan mantap Brandon menjawab bahwa DISKRIMINASI adalah sikap membeda-bedakan. Dan itu seharusnya tidak boleh dilakukan oleh setiap manusia, karena kita seharusnya saling menghormati bukan saling menjelek-jelekkan, apalagi saling menghina. Untungnya Brandon tidak pernah mengalami diskriminasi baik di sekolah, rumah ataupun dimana saja dia berada (Skr/Pgn/Eny).

“Minggu depan kita baca apa, Kak?”

Aku mempunyai sahabat yang sangat baik. Dia selalu bersama denganku. Dikala aku bersedih, dia yang membuatku bahagia…. Beberapa kalimat itu adalah hasil tulisan dari salah seorang anak yang ikut dalam kegiatan Ayo Baca Buku yang diselenggarakan Sanggar Rebung Cendani. Setiap minggu pagi semenjak awal tahun 2010 ini, 8-10 anak berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang diadakan dengan tujuan untuk semakin meningkatkan minat baca pada anakanak. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk
lomba di mana para peserta mempersiapkannya pada satu minggu sebelumnya. Tema lomba dalam setiap minggu berbeda-beda. Di antaranya, tentang sahabat, binatang, tanaman, tokohtokoh yang disukai dan tidak disukai dalam buku cerita, dan sebagainya. Selain mengajak anak-anak untuk semakin cinta membaca, kegiatan ini juga diharapkan dapat melatih kemampuan anak untuk menulis, melatih keberanian anak untuk berbicara di depan umum, merangsang kreativitas, menjadi salah satu sarana anak untuk berekspresi, dan tidak ketinggalan melatih anak untu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Setiap minggu ada saja hal lucu dan menarik yang terjadi. Kata-kata
luar biasa dan tak terduga bisa meluncur begitu saja dari mulut mungil anakanak itu….. Seperti bintang bersinar yang berpijar….. Begitu salah seorang anak kelas 2 SD menggambarkan kegembiraannya. Dalam setiap lomba, setiap anak sepertinya menikmati “sensasi” perjuangan yang ada. “Kak, jantung saya deg-degan,” ujar salah seorang anak ketika menanti pengumuman sang juara. Dan, ketika tidak berada dalam
jejeran sang juara, mereka tetap bersemangat. “Minggu depan kita baca apa,
Kak?” Minggu depannya, ketika hari masih pagi dan udara masih dingin,

Jumat, 19 Oktober 2012

BETA

Koran BETA merupakan singkatan dari  Koran Berita Anak. Koran ini lahir dari keinginan beberapa anak yang ingin berbuat sesuatu agar peristiwa seperti Tragedi Kemanusiaan Mei 98 tidak berulang kembali.

Koran BETA bertujuan membangun kesadaran tentang pentingnya menghargai sesama manusia apapun ras, etnis, agama, usia, jenis kelamin maupun latar belakang ekonominya. Selain itu Koran BETA berfungsi sebagai sarana belajar tentang hak-hak  sesuai denga- konvensi hak anak dan hukum perlindungan  anak Indonesia.

Pendukung Koran BETA ini adalah anak-anak dan semua orang yang punya kepedulian akan masa depan yang lebih baik untuk generasi selanjutnya.  Pada awal pendiriannya Koran BETA bernaung di bawah Yayasan Solidaritas Nusa. Selanjutnya dalam perkembangan Koran BETA bekerjasama dengan Child Development Centre dan Bamboo Leaf Environmental Education Centre. Misi Koran BETA pun diperluas pada pendidikan lingkungan hidup. Ini sebagai  upaya pentingnya penyadaran menjaga dan memelihara lingkungan hidup dan kesehatan anak.

Awalnya Koran BETA hanya dalam bentuk media cetak dengan target sasaran anak-anak kelas IV - VI tingkat Sekolah Dasar. Selanjutnya Koran BETA dikembangkan dalam format blog agar dapat diakses dan dimiliki oleh lebih  banyak anak melalui internet.